Kamis, 05 Juli 2018

KECERDASAN BANGSA BARAT DIPEROLEH DARI BANGSA ARAB (UJUNG PEMERINTAHAN ABBASIYAH)

Abbasiyah, di bidang industri dan seni menampilkan gedung-gedung yang megah, masjid-masjid yang besar, dan lukisan-lukisan yang indah. Semua itu merupakan puncak dari peradaban islam. Sementara, di Eropa pada saat yang bersamaan mengalami masa kegelapan atau masa kemunduran yang berada pada titik yang paling rendah yang dikenal dengan istilah the dark age yang berlangsung pada abad pertengahan.
Pada abad ke-11 M, Eropa tersadar akan adanya peradaban yang begitu besar di wilayah Timur. Peradaban Timur itu sedikit demi sedikit digeser dan dibawa ke wilayah Barat melalui Spanyol, Sisilia, dan perang Salib. Di barat juga mulai dikenal adanya rumah-rumah sakit, pemandian-pemandian umum, bahan-bahan makanan Timur, dan bahan-bahan makanan serta peralatan rumah tangga yang berada di Timur. Eropa juga mulai mengenal yang namanya filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani. Jadi dapat disimpulkan bahwa orang Arab-lah yang menyebabkan Barat mempunyai peradaban karena Arab adalah imamnya (tempat orang barat mengambil contoh) selama enam abad.
Rom Landau mengungkapkan bahwa dari orang islam klasik inilah orang Barat mulai belajar berfikir obyektif dan logis serta belajar berlapang dada di saat Eropa diliputi oleh pikiran yang sempit yakni ketika golongan minoritas dikucilkan dan pengembangan pemikiran setiap orang mulai dibatasi. Ilmu pengetahuan islam dan teknik islam sangat dalam berpengaruh pada kebudayaan Barat.
Invasi pada Daulah Abbasiyah
Dinasti Buwaih dan Saljuk tiba-tiba datang ke wilayah Daulah Abbasiyah dan mengambil secara paksa tanah-tanah penduduk dan menempatinya ketika Abbasiyah menemui kelemahannya. Sejak saat itu, kekuasaan politik Daulah Abbasiyah menjadi tidak efektif lagi. Dinasti Buwaih memang mengakui keberadaan khalifah Abbasiyah namun itu hanya sebatas mengakui, tidak ada peranan yang begitu berarti dari pihak Abbasiyah kecuali hanya sebagai pihak pemberi pengesahan atau persetujuan mengenai suatu hal tertentu.
Dinasti Buwaih didirikan oleh tiga orang bersaudara yang berasal dari suku Dailam, suku bangsa pegunungan di sebelah barat dan barat daya Laut Kaspian. Mereka adalah Ali, Hasan, dan Ahmad yang dulunya sebagai tentara biasa dari kelompok Bani Samaniyah kemudian bergabung dengan bala tentara pimpinan Mardawij bin Zayyar. Ketiga bersaudara itu memperlihatkan bakatnya sebagai pemimpin yang handal dan bagus.
Pada tahun 943 M/ 332 H Mardawij terbunuh, namun demikian , Ali sudah berkuasa di Isfahan. Ahmad juga menguasai Khuziztan dan al-Ahwaz yang berbatasan dengan daerah di sebelah timur Basra dan Wasit. Dengan demikian, Ahmad dalam posisi akan memasuki wilayah kekuasaan Abbasiyah yakni Bagdad.
Ahmad bin Buwaih kemudian memasuki Bagdad namun itu disebabkan karena ia memperoleh undangan dari khalifah al-Mustakfi. Khalifah al-Mustakfi sengaja mengundang keturunan Buwaih ini dengan tujuan supaya pemerintahannya bisa dibantu dan diperbaiki supaya tidak hancur karena pemberontakan dan rongrongan telah terjadi di banyak wilayah kekuasaan Abbasiyah. Al-Mustakfi memberikan gelar kepada ketiga bersaudara tersebut dengan masing-masing nama yakni:
1. Ahmad bin Buwaih bergelar Muizz ad-Daulah
2. Ali bin Buwaih bergelar Imad ad-Daulah
3. Hasan bin Buwaih bergelar Rukn ad-Daulah
Dengan pemberian gelar-gelar itu kepada ketiga anak muda tersebut maka akan bisa membangun keefektifan kembali terhadap Dinasti Abbasiyah sebagaimana dulu ketika lima khalifah besar menjabat. Namun, alhasil malah terjadi sebaliknya. Momentum itu digunakan untuk meraih kekuasaan politik yang dari dulu telah dicita-citakan oleh ketiga bersaudara tersebut.
Ambisi menjadi penguasa di Bagdad kian memperoleh momentumnya yang paling tepat setelah terdengar kabar bahwa khalifah merencanakan tindakan untuk menjatuhkan Muizz ad-Daulah. Mendengar kabar tersebut, Muizz ad-Daulah kemudian menurunkan al-Mustakfi lalu mengangkat Abu al-Qasim al-Fadhl, putra al-Muktadir, menjadi khalifah pengganti pada tahun 946 M dengan gelar al-Muti. Selanjutnya, berbagai tindakan kekerasan dilakukan oleh tiga bersaudara tersebut demi melumpuhkan satu persatu khalifah Abbasiyah. Sejak saat itulah, kekuasaan Dinasti Abbasiyah dipegang sepenuhnya oleh Dinasti Buwaih.
Dinasti Buwaih berpaham Syiah Zaidiyah.  Paham yang mereka anut tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai. Kekuasaan Bani Buwaih berlangsung selama 110 tahun, yakni dari tahun 945 sampai 1055 M. Banyak kemajuan yang dicapai selama pemerintahan tersebut yang mencapai hampir satu abad lebih. Kemajuan dan kejayaan Dinasti Buwaih dicapai pada masa pemerintahan Adud ad-Daulah. Ia memerintah kota Bagdad, memperbaiki dan membuat saluran air, mendirikan masjid negara, rumah sakit umum, dan gedung-gedung pemerintahan.
Setelah kekuasaan Bani Buwaih mengalami masa kemunduran dan kelemahan, mulai muncullah bangsa Turki Saljuk. Penguasa baru yang berfaham sunni ini menjadikan khalifah hanya sebatas khalifah saja atau bisa dibilang khalifah sebagai boneka mainan. Khalifah hanya berperan sebagai penentu jalannya pemerintahan sedangkan urusan menjalankan roda pemerintahan dipercayakan kepada wazir. Nama wazir Dinasti Saljuk yang paling terkenal adalah Nizam al-Mulk yang ditandai dengan peninggalan sebuah monumen tinggi bernama Nizamiyah.
Kedatangan Bani Saljuk mengulangi peraktik kekuasaan Bani Buwaih. Namun, dalam penempatannya sebagai penguasa, Bani Saljuk justru melemahkan potensi intelektual yang sejak lama diutamakan untuk memperoleh kemajuan pada masa Dinasti Buwaih. Hal ini bisa dikatakan akibat Bani Saljuk merupakan golongan tidak terlatih dalam hal-hal yang berbau ilmu pengetahuan. Mereka justru lebih terlatih dalam bidang menentukan strategi militer dan peperangan. Namun sekalipun demikian halnya, terdapat satu pusat keilmuan yang paling menonjol dalam sejarah Bani Saljuk, yakni adanya lembaga pendidikan Islam bernama Madrasah Nizamiya seperti yang pernah disinggung di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar