Kamis, 05 Juli 2018

PRESTASI PARA KHALIFAH BESAR ABBASIYAH

Khalifah besar yang termasuk memiliki prestasi tinggi dan bagus di pemerintahan Abbasiyah hanya segelintir saja. Adapun khalifah yang tidak masuk dalam golongan khalifah besar itu disebabkan karena terlalu singkat mereka memerintah yang menyebabkan tidak sempatnya mengatur dan mengorganisasikan pemerintahan.
Yang termasuk dalam Khalifah besar yakni:
1. Abu al-Abbas as-Saffah
2. Abu Ja'far al-Mansur
3. Al-Mahdi
4. Harun ar-Rasyid
5. Al-Ma'mun
Khalifah pertama Dinasti Abasiyah adalah Abu al-Abbas as-Saffah. Menurut Suyuthi, ia adalah seseorang yang bermoral tinggi, memiliki loyalitas, disegani, berfikir luas, pemalu, dan bertingkah laku baik. Ia terbilang sopan dan menepati waktu sesuai  janjinya.
Namun, dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di awal kekuasaannya, dapat disebutkan bahwa khalifah pertama ini terbilang berwatak sangat keras, terutama pada siapa saja orang yang dirasa tidak sepaham dengan dirinya.
Gelar as-Saffah artinya si haus darah. Sifat keras abu al-Abbas karena rasa dendam yang teramat dalam terhadap kezaliman Dinasti Bani Umayyah yang selalu menumpas setiap penentangnya. Ia juga diketahui hidup di kalangan orang-orang yang memang membenci Umayyah dan ingin memberontak. Itulah mengapa abu al-Abbas sangan membenci Dinasti itu.
Pada masa pemerintahannya, Abu al-Abbas lebih terfokus pada mempertahankan pemerintahannya karena kekuasaannya baru muncul dan sangat rentan akan perdebatan, perselisihan, dan bahkan bisa mencapai pemberontakan. Jadi, ia belum sempat memikirkan bagaimana perkembangan Dinasti Abbasiyah selanjutnya. Ia hanya langsung menunjuk Abu Jafar al-Mansyur sebagai khalifah penggantinya kelak di kemudian hari, setelah ia cukup tua atau setelah ia meninggal dunia.
Abu Jafar al-Mansur menjadi khalifah kedua pengganti Abu al-Abbas yang merupakan saudaranya sendiri. Al-Mansur terkenal dengan kehebatannya, pemberani, tegas, berfikir cerdas, dan gagah perkasa. Baru pada masa pemerintahannya ini, sistem pemerintahan dikelola dan diatur dengan baik. Mulai dibentuk peraturan-peraturan, perundang-undangan, dan pengenalan akan hal-hal yang baru.
Tata tertib dalam pemerintahan diatur sedemikian rupa sehingga tertata rapi dan juga mulai dibentuk pasukan militer menjadi lebih bagus lagi. Tidak kalah dari hal-hal di atas, Al-Mansur juga menumpas setiap pemberontak yang mulai banyak bermunculan ke permukaan sehingga mereka yang memberontak bisa dibunuh ataupun dipenjarakan. Bisa dibilang bahwa, para pemberontak tidak mengetahui bahwa sekalipun Al-Mansur terbilang orang yang baik dan ramah namun ketika ia telah memakai seragam khalifahnya maka disana lah baru akan terlihat sifat kerasnya tersebut. Al-Mansur tidak jauh berbeda dari Abu al-Abbas yang mana mereka sama-sama memiliki sifat yang keras dan tidak mengenal belas kasihan pada orang yang tidak sepaham dengannya apalagi orang yang berani memberontak.
Namun demikian, Al-Mansur juga adalah manusia biasa yang pasti akan rapuh dan meninggal. Al-Mansur wafat pada 158 H/775 M di pertengahan jalan menuju Mekkah saat ia hendak melaksanakan ibadah Haji.
Khalifah pengganti Al-Mansur tidak lain adalah anaknya sendiri yang bernama Abu Abdullah Muhammad yang lebih dikenal dengan sebutan Al-Mahdi. Al-Mahdi merupakan gelar yang diberikan padanya. Al-Mahdi lahir pada tahun 126 H di Idzdad, suatu tempat di antara Khuziztan dan Isfahan.
Masa pemerintahan Al-Mahdi bisa dikatakan adalah masa perpindahan dari watak pribadi pemimpin terdahulu yang keras menjadi watak kepemimpinan yang lemah lembut dan dermawan. Ini terbukti bahwa, ketika Al-Mahdi naik takhta menjadi khalifah Abbasiyah ia sangat baik dan sangat berbelas kasih kepada kaum miskin dan melarat.
Al-Mahdi mengawali pemerintahannya dengan membebaskan para tahanan penjara seluruhnya kecuali memang orang-orang yang melakukan tindak kejahatan yang membahayakan dan mengancam orang banyak, seperti pembunuh. Al-Mahdi memberikan kembali hak-hak istimewa kota-kota suci yang dulunya dicabut oleh pemerintah sebelumnya. Ia juga mengembalikan harta para keturunan Nabi Saw. Masjid Nabi dibangun kembali dan dipindahkan, yang modal pembangunannya berasal dari Al-Mahdi sebesar 30 juta dirham dimana uang itu diberikan sebagai derma bagi rakyat Hijaz.
Masjid-masjid dan sekolah-sekolah di semua kota yang termasuk dalam kategori kota yang penting mulai diperbesar. Tidak lupa pula Al-Mahdi memberikan tunjangan pada orang-orang yang menderita penyakit kusta dan orang-orang miskin. Ia juga membuat penginapan dan sumur-sumur di setiap jalan yang dilalui oleh jamaah haji, dan kepada mereka serta wisatawan disediakan para pengawal untuk menjaga dan melindungi.
Al-Mahdi sama sekali tidak menggunakan kekerasan dalam memerintah. Semua itu terbukti dengan kejadian yakni ketika Marwan berusaha untuk memberontak di Syria namun berhasil ditumpas dengan dipenjarakan  untuk sementara waktu kemudian dibebaskan dan memperoleh tunjangan yang besar. Janda Marwan juga diperlakukan dengan sangat baik.
Sekalipun Al-Mahdi baiknya luar biasa namun ia tidak memberi peluang untuk timbulnya praktik-praktik bid'ah. Ia membasmi setiap orang yang melenceng dari ketentuan syariat.
Setelah Al-Mahdi meninggal dunia selanjutnya ia digantikan oleh anaknya yang tertua yaitu Al-Hadi yang mana ia hanya memerintah selama 1 tahun 1 bulan dan 20 hari. Dalam Dinasti Abbasiyah dialah khalifah yang memerintah paling singkat diantara khalifah yang lain. Al-Mahdi merupakan saudara tiri dari Harun ar-Rasyid. Al-Mahdi tidak menginginkan kekuasaannya digantikan oleh saudara tirinya sehingga ia melakukan tindakan seperti; memenjarakan orang-orang yang berada di sekitar Harun ar-Rasyid yang dirasa mempunyai peran penting dalam kehidupan dan pemikiran Harun ar-Rasyid. Al-Hadi khawatir jika Harun ar-Rasyid menjadi khalifah disebabkan karena keegoisan dan kerakusan Al-Hadi dalam hal kekuasaan. Tindakan yang ia lakukan ialah dengan memberikan takhtanya kepada anaknya yakni Jafar.
Akhirnya, Harun ar-Rasyid meninggalkan ibu kota Bagdad untuk menyelamatkan diri karena khawatir khalifah Al-Hahdi makin sewenang-wenang dalam memerintah sehingga dapat membahayakan Harun ar-Rasyid. Namun, ketika disiarkan bahwa Al-Hadi telah meninggal dunia maka Harun al-Rasyid kembali ke Bagdad untuk naik takhta menjadi khalifah.
Pada masa Harun ar-Rasyid inilah segala bidang pemerintahan berkembang pesat secara bersamaan yakni di bidang politik, ekonomi, perdagangan, ilmu pengetahuan dan sampai pada peradaban islam.
Harun ar-Rasyid dikenal di segala penjuru dunia dan diceritakan secara detail dan panjang tentang dirinya diantara khalifah yang lain. Di antara yang membahas tentang Harun ar-Rasyid ialah Encylopedia Americana dan Historian's History of The World (vol VIII). Kedua media itu menceritakan tentang sifat, sikap dan cara khalifah Harun ar-Rasyid memerintah. Diceritakan juga bahwa Harun ar-Rasyid merupakan tokoh legendaris dalam sebagian kisah Seribu Satu Malam, itulah mengapa ia menjadi semakin dikenal orang-orang.
Harun ar-Rasyid dikenal sebagai sosok yang gagah berani, dermawan, dan sangat agung. Ia selalu menolak untuk memanfaatkan kekuasaannya untuk melakukan korupsi dan lain sebagainya. Perhatiannya pada rakyat sangat luar biasa, ini dibuktikan dengan lebih diutamakannya kepentingan rakyat dibandingkan kepentingan ia pribadi maupun pihak anggota pemerintahan.
Sifat dan sikap yang dimiliki Harun ar-Rasyid bisa dibilang akibat dari pendidikan yang sejak kecil telah dididik dengan sangat baik oleh pihak kerajaan dan dia sendiri merupakan orang yang memiliki keintelektualan yang tinggi dan keaktifannya dalam membaca buku-buku sejarah dan buku-buku keilmuan lainnya.
Pada tahun 791 M, Harun ar-Rasyid membagikan wilayah kekuasaan kepada 3 anaknya atas permintaan istri yang paling ia sayangi yaitu Zubaidah, yang berasal dari Arab yang dimana memiliki anak yang bernama Al-Amin.
Harun ar-Rasyid membagi wilayah kekuasaan kepada 3 orang anaknya dengan tujuan supaya kelak tidak terjadi perebutan kekuasaan dan supaya pemerintahan selanjutnya berjalan dengan lancar dan saling beriringan mengembangkan kekuasaan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Namun, apa yang terjadi malah sebaliknya. Apa yang paling ditakutkan oleh Harun ar-Rasyid akhirnya kejadian.
Adapun wilayah kekuasaan masing-masing anak Harun ar-Rasyid ialah:
1. Al-Amin wilayah bagian barat
2. Al-Ma'mun wilayah bagian timur yakni Khurasan hingga Hamadan
3. Al-Qasim wilayah Mesopotamia
Dari ketiga anak yang menggantikannya, hanya Al-Ma'mun yang memang pantas menjadi seorang pemimpin pengganti ayahnya. Al-Amin, ia adalah sosok yang tergesa-gesa dalam mengambil keputusan pikirannya lemah, ia tidak berbakat dalam masalah memimpin ia mahir dalam hal sastra dan hidupnya banyak dihabiskan dengan berfoya-foya. Ia dengan mudahnya memberikan uang yang begitu banyak untuk suatu tindakan dan sesuatu yang dilihatnya tidak enak dipandang. Al-Amin juga pernah membuat lapangan bola di dalam istana. Beda halnya dengan Al-Ma'mun yang menghabiskan waktunya dengan semakin giat belajar baik mengenai bidang pemerintahannya maupun bidang ilmu pengetahuan dan fokus pelajarannya pada bagaimana mempertahankan dan mengembangkan pemerintahannya. Ia sangat tidak suka akan hal-hal yang dirasakannya kurang memiliki manfaat, Al-Ma'mun lebih banyak juga mempelajari tentang keagamaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar